Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela

Buku ini termasuk ke dalam daftar panjang buku yang ingin sekali kubaca sejak lama. Pertama kali aku direkomendasikan oleh seorang teman waktu SMA. Katanya buku ini bagus banget, sangat inspiratif. Waktu itu aku memang tertarik, tapi tidak begitu penasaran, makanya aku hanya memasukannya ke dalam list buku yang harus dibaca. Baru belakangan ini setelah melihat judul ke-2nya, yaitu cerita ketika Totto-chan sudah dewasa, aku mulai berniat untuk membaca jilid pertamanya.

Hanya dengan melihat sinopsis yang ada di balik bukunya saja, aku sangat excited. Kesan pertamaku…”Wow..so extraordinary!!”. Siapapun, terutama bagi pemerhati pendidikan, pasti akan langsung tertarik dan penasaran. Rasa penasaran itu, dijamin akan sedikit demi sedikit terpuaskan seiring lembar demi lembar halaman yang dibaca.

Isi cerita buku ini seluruhnya diambil dari pengalaman masa kecil seorang anak bernama Totto-chan, yang merupakan nama kecil sang pengarang, Tetsuko Kuroyanagi, ketika bersekolah di Tomoe Gakuen. Totto-chan yang awalnya dikeluarkan dari sekolah lamanya karena sikapnya yang “tidak biasa”, akhirnya didaftarkan ke sekolah ini oleh ibunya. Sebuah sekolah luar biasa yang memiliki sistem pengajaran yang sangat tidak biasa. Tidak ada seragam, jadwal pelajaran yang membosankan, atau PR yang bertumpuk-tumpuk. Pertama kali saja kita sudah dikagetkan bahwa mereka menggunakan gerbong kereta api yang sudah tidak terpakai menjadi ruangan kelas. Ditambah lagi setiap anak bebas memilih untuk mendahulukan pelajaran mana yang akan mereka pelajari. Di Tomoe Gakuen, anak-anak dididik untuk mengembangkan minat dan bakat sesuai dengan naluri alamiah mereka, tanpa ada pengekangan. Pada diri mereka ditanamkan nilai-nilai agar bisa menghargai diri sendiri dan orang lain. Sekalipun diberi kebebasan, tapi mereka juga diajarkan untuk bisa bertanggungjawab atas konsekuensi semua tindakan yang mereka lakukan, dan yang paling penting dari pelajaran itu, mereka mengetahui alasan mereka boleh atau tidak melakukan sesuatu, tidak hanya berupa doktrin semata. Semua konsep pengajaran yang tidak biasa ini berasal dari seorang pencinta anak-anak, pendidik sejati, dan manusia berkepribadian luar biasa bernama Sosaku Kobayashi. Ya, dialah sang kepala sekolah yang juga merupakan pendiri Tomoe Gakuen.

Dari sejak awal, buku ini sudah sengaja didedikasikan untuk mengenang jasa-jasa beliau. Terbitnya buku ini menunjukkan besarnya kecintaan Tetsuko kepada sang Kepala Sekolah. Tak hanya Tetsuko, setiap orang yang membaca buku ini pasti akan jatuh cinta pada kelembutan, kecerdasan, dan kerendahan hati Mr. Kobayashi. Beliau yang sangat mengenal betul sifat anak-anak, menerapkan sistem pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan naluri alamiah anak-anak itu. Beliau bisa dengan sangat apik menyeimbangkan pemberian ilmu pengetahuan dengan kebutuhan anak-anak akan bermain. Makanya tidak heran, di buku itu sering sekali diceritakan masa-masa ketika mereka berkemah bersama, jalan-jalan bersama, masak-masak bersama, dll. Beliau berhasil menumbuhkan kecintaan anak-anak didiknya untuk bersekolah, bukan dengan paksaan. Beliau menjadikan setiap event yang terjadi di Tomoe Gakuen menjadi event-event yang tidak akan pernah dilupakan oleh setiap orang yang terlibat di dalamnya. Semakin jauh membaca, kekaguman akan Mr. Kobayashi pun akan terus bertambah. Kita akan dibuat terpana bahwa hanya dengan kata-kata “Kau itu anak yang benar-benar baik, kau tahu itu, kan?” yang selalu dikatakannya kepada Totto-chan akan memberikan dampak yang luar biasa positif kepada Totto-chan sampai ia dewasa.

Satu hal yang disayangkan adalah karena setting cerita ini terjadi ketika PD II sedang berkecamuk dimana-mana, tak terkecuali di Jepang. Dan hal inilah yang memporak-porandakan semua canda dan tawa anak-anak Tomoe Gakuen.

Dari kisah ini, kita dikenalkan pada dunia anak-anak lewat sudut pandang Totto-chan. Kita menjadi banyak mengerti apa yang sebenarnya yang mereka pikirkan, yang mereka inginkan, dan bagaimana ucapan dari orang-orang dewasa di sekitarnya memberikan efek yang cukup hebat pada sikap dan mentalitas anak sekarang dan di kemudian hari. Kita dipaksa untuk membuka mata lebar-lebar tentang bagaimana seharusnya kita memperlakukan anak-anak. Mereka adalah jiwa-jiwa polos yang sangat bergantung pada lingkungan untuk membentuk watak mereka di kemudian hari. Keluarga, sebagai lingkungan primer anak memegang peranan penting. Di sini, orang tua Totto-chan berperan dalam memberikan contoh yang sangat baik untuk keluarga-keluarga lain di luar sana. Mereka membuktikan bahwa seorang anak memerlukan kasih sayang, cinta, dan pengertian keluarganya untuk bisa tumbuh sehat secara mentalitas. Kemarahan dan teriakan-teriakan justru hanya akan mejatuhkan mentalitas anak yang akhirnya akan membuat mereka menjadi tidak percaya diri.

Bagiku pribadi, buku ini merupakan revolusi di bidang pendidikan. Sudah saatnya kita berpikir out of the box dan tidak terkekang metode konvensional yang selama ini ada. Bukan berarti metode yang diajarkan di sekolah-sekolah yang ada saat ini sepenuhnya salah. Hanya saja, menurutku, ada aspek yang kurang mereka perhatikan, yaitu sifat dasar dan keterbutuhan anak-anak itu sendiri. Entah, tapi aku merasa belajar di sekolah itu bagaikan formalitas belaka, tanpa bisa memahami esensi belajar itu sendiri. Karena kurang memahami esensi belajar, maka tidak akan pernah tumbuh rasa kecintaan kita terhadap ilmu. Maka wajar, jika banyak yang menganggap belajar itu merupakan pekerjaan yang melelahkan dan menyusahkan.

Yang jelas, buku ini membuatku memiliki mimpi baru, yaitu membuat sekolah seperti Tomoe Gakuen. Aku sangat menyenangi dunia anak-anak dan pendidikan. Dan aku berharap suatu saat nanti aku bisa melakukan sesuatu untuk keduanya.

Terharu, kagum, sedih, tawa…itu yang aku rasakan ketika membaca buku ini, walaupun lebih banyak terharunya….buku yang sangat inspiratif, wajib dibaca oleh siapa saja, terutama orang-orang yang menghendaki adanya perubahan sistem pendidikan..!!